Kebijakan Pendidikan

Long life education

Wajib belajar 9 Tahun

Keceriaan Siswa siswi Sekolah Menengah Pertama mengenakan baju putih biru

Active Learning

Antusias siswa untuk mengungkapkan pendapat

Kegiatan Belajar Mengajar

Guru membimbing dalam proses belajar mengajar

Sekolah Kebijakan Publik

Pendidikan bagi seluruh lapisan Masyarakat

Kesenjangan Pendidikan

Dominasi Kepentingan pribadi diatas kepentingan umum

Jumat, 04 Januari 2013

Aktualisasi Pendidikan Pancasila sebagai Karakter Bangsa Indonesia



            Perkembangan era globalisasi yang nampak begitu cepat turut mempengaruhi kehidupan bangsa indonesia. Tak mau ketinggalan, segala kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang ada dan baru senantiasa berusaha diikuti oleh bangsa Indonesia. Keinginan kita untuk selalu maju agaknya tak sedikit berdampak dan membawa pengaruh bagi bangsa ini. Baik itu berupa dampak positif maupun negatif.
            Dinamisme zaman yang terjadi saat ini, memudahkan manusia dalam menjalankan kehidupannya. Namun, berbagai tawuran antarpelajar, genk motor, pergaulan bebas, penggunaan narkotika dan obat terlarang saat ini merupakan hal yang biasa dan sering didengar oleh telinga kita. Indonesia menangis. Degradasi moral terjadi hampir di semua kalangan, di masyarakat. Termasuk pula dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Sebenarnya apakah yang salah? Sistem pendidikankah? Peran aparat pemerintahkah? Atau yang lain? Hal ini tentu patut menjadi PR untuk kita semua.
Akan tetapi, apapun upaya yang ingin dirancang dan diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan, instansi pendidikan, sekolah-sekolah dalam rangka mendidik bangsa ini entah itu melalui pendidikan karakter atau yang lainnya, pada dasarnya yang perlu diperhatikan kembali adalah efektifitasnya dalam mengemban amanah untuk mendidik putra-putri bangsa secara komprehensif dan humanis sehingga benar-benar menjadikan para peserta didik yang tidak hanya cakap secara intelektual tetapi anggun dalam moral.
Secara kuantitas jika melihat orang-orang Indonesia yang dapat mengenyam dunia pendidikan tentunya cukup banyak, terlepas dari apakah mereka bisa menuntaskan wajib belajar sembilan tahun atau lebih, bahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi misalnya. Akan tetapi ironisnya segala problematika moral yang tersebut diatas bukankah tidak lepas dari tingkah laku orang yang pernah mengenyam dunia pendidikan, dan lebih miris lagi jika di dalam dunia pendidikan terciderai oleh insan-insan akademik sendiri.
            Degradasi moral dapat terjadi karena suatu bangsa kehilangan jati dirinya. Mereka tidak dapat mempertahankan apa yang menjadi identitasnya selama ini. Mereka terlalu terlena dan kurang dapat menyaring budaya yang masuk ke Indonesia. Padahal sebenarnya, bangsa ini memiliki Pancasila. Pancasila merupakan karakteristik yang kini mulai luntur kesadaran untuk menghayatinya. Mulai dari sila pertama hingga ke- lima, semuanya mencakup berbagai lini kehidupan yang dijalani manusia. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah kita perlu meneguhkan kembali jati diri bangsa ini, Pancasila.
John F Kennedy mengatakan, “ Bila ada sesuatu yang salah pada sistem disuatu Negara, maka lihatlah apa yang salah pada pendidikannya.” Mengingat maju atau mundurnya suatu bangsa salah satu faktor utamanya adalah pada pendidikannya, maka seberapa besar peran sentral dunia pendidikan dalam mencetak sumber daya manusia yang berkarakter akan ikut menjadi determinan dalam memajukan suatu bangsa. Dan disinilah dunia pendidikan sangat memegang peranan yang strategis. Tentunya dengan cara mengaktualisasi implementasi dari Pancasila dalam berbagai basis pendidikan yang ada agar lebih optimal dalam menjalankan fungsi pendidikan dan pengajarannya.
            Aktualisasi Pancasila harus mulai digaungkan mulai dari berbagai lingkungan pendidikan. Baik itu di keluarga sebagi pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Kesemua ranah pendidikan tersebut harus melekat dengan nilai- nilai Pancasila.
            Pertama, dalam lembaga pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga merupakan jenjang pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Ini berarti, bagaimana karakter anak berkembang nantinya bergantung dari pola asuh yang diterapkan di rumah. Apakah pola asuh permisif yang memberi kebebasan pada anak, pola asuh otoriter yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh autoritatif yang artinya antara orangtua dan anak saling mengerti tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing. Selanjutnya untuk menanamkan moral yang baik pada anak, orang tua juga harus memiliki karakter yang tentu saja lebih baik terlebih dahulu. Dengan begitu orangtua seakan menjadi teladan atau row model bagi  anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa berhati-hati dalam bertingkah laku.
            Kedua, dalam ranah lembaga pendidikan formal atau sekolah, peran seorang guru sangat urgen dalam membentuk karakter siswanya. Para guru yang merupakan orangtua kedua siswa di sekolah, perlu senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya. Mulai dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling toleransi antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda- bedakan antara siswa satu dengan siswa lain.
            Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari  sekitar lingkungan rumah. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun kerukunan antarseluruh umat tetap perlu dijunjung tinggi.
            Nah, mengingat barbagai fenomena moral yang sangat krusial, dunia pendidikan baik itu pendidikan informal, formal maupun non formal hendaknya terus menerus melakukan inovasi dan melakukan perbaikan agar benar-benar bisa menjadi lebih optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai alat untuk melakukan transformasi dan menginternalisasikan nilai-nilai moral untuk terbentuknya insan yang berkarakter.
            Adalah dengan cara kembali melakukan aktualisasi Pendidikan Pancasila di berbagai bidang, moral bangsa Indonesia dapat kembali menuju jati dirinya. Aktualisasi tersebut akan terimplementasi dalam sisi kognitif, afektif dan psikomotorik bangsa. Hal tersebut sangat penting untuk diingat karena dapat menjadi parameter atau tolak ukur sampai seberapa jauh tingkat perubahan tingkah laku seseorang, dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian dalam menempuh proses pendidikan. Sehingga pada akhirnya dapat benar-benar menghasilkan output yang cerdas, unggul, berdaya saing, bermoral dan berkarakter.
            Dengan demikian, aktualisasi pendidikan Pancasila sebagai karakter bangsa Indonesia adalah sebuah konsekuensi logis guna semakin terciptanya sumber daya manusia yang cerdas holistik sebagaimana tertera dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
           


DAFTAR PUSTAKA
Dwi Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogayakrta: UNY Press.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PENDIDKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENANAMKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DI SD 1 UNGARAN YOGYAKARTA

Oleh: Firdaus Malaya Dewi, Nur Latifah, Annisa H. N.


A.  Judul
Efektivitas Implementasi Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam Penanaman Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di SD 1 Ungaran Yogyakarta

B.  Latar Belakang Masalah
Bumi merupakan satu-satunya tempat yang bisa dihuni oleh manusia untuk melangsungkan hidupnya. Jumlah manusia yang tinggal di bumi ini menurut Antoni van Leeuwenhoek, ilmuwan mikrobilogi pertama di dunia mengemukakan sudah berkisar Februari 2006, penduduk bumi bertambah setengah miliar jadi 6,5 miliar jiwa. Itu pertanda sudah banyak sumber daya alam bumi yang di manfaatkan manusia. Bertambahnya jumlah manusia di bumi maka semakin bertambah pula pemanfaat sumber daya alam, namun hal ini tidak diimbangi dengan cara menjaga dan melestarikan bumi.
            Perubahan iklim bumi yang begitu cepat telah menimbulkan berbagai macam musibah. Musibah-musibah tersebut tidak sedikit telah menelan banyak nyawa manusia. Contoh musibah itu antara lain banjir bandang, angin topan, badai, kemarau berkepanjangan hingga amblesnya jalan-jalan utama di berbagai kota. Badan Nasional Penanggulan bencana  (BNPB) menyatakan bahwa bencana 2012 akan didominasi oleh hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, puting beliung, dan gelombang pasang. “Data bencana 2002-2012 menunjukan 85 persen bencana di Indonesia adalah hidrometeorologi,” kata Kepala Puat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.(Vivanews.com, Minggu 1 Januari 2012)
Perlu adanya solusi yang tepat dalam meminimalisir musibah-musibah di bumi. Kita adalah penghuni bumi, maka sudah selayaknya kita berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan alam bumi. Diantara solusi untuk menjaga alam bumi yakni dengan gerakan penanaman 1000 pohon, gerakan bersepeda dalam mengurangi penggunaan kenadaraan berbahan bakar minyak bumi, gerakan anti rumah kaca dan masih banyak lagi solusi lain.
Di bidang pendidikan salah satu solusi untuk menjaga lingkungan hidup (bumi) yakni dengan penerapan  kebijakan pendidikan lingkungan hidup. Kebijakan pendidikan lingkunngan hidup merupakan kebijkan yang bertujuan untuk menanamkan sikap atau karakter peduli terhadap lingkungan hidup. Sasaran kebijakan PLH ini adalah para siswa di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Salah satu sekolah yang mengimplementasikan kebijakan PLH ini adalah SD 1 Ungaran Yogyakarta. Kebijakan PLH ini telah berlangsung sejak tahun 2005/2006. Namun kebijakan ini belum ditindaklanjuti dengan penelitian untuk mengetahui keefektifan kebijakan tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui sebarapa jauh keefektifan kebijakan PLH ini dalam menanamkan karakter peduli lingkungan hidup kepada siswa maka diperlukan adanya sebuah penelitan.

C.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keefektifan Implementasi kebijakan Pendidikan Lingkungan hidup (PLH) di SD 1 Ungaran Yogyakarta?
2.      Bagaimana respon masyarakat sekolah terhadap kebijakan Pendidikan Lingungan Hidup di SD 1 Ungaran Yogyakarta

D.  Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui keefektifan implementasi kebijakan Pendididkan Lingkungan Hidup (PLH) di SD 1 Ungaran Yogakarta.
2.      Untuk mengetahui masyarakat sekolah terhadap kebijakan Pendidikan Lingkungan di SD 1 Ungaran Yogyakarta.

E.  Luaran yang diharapkan
Diketahuinya keefektifan implementasi kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada sekolah-sekolah. Terlebih pada implementasi kebijakan PLH di SD 1 Ungaran Yogyakarta.

F.   Manfaat
1.      Bagi Peneliti
a.       Merupakan wujud sikap aktif dan kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah pada sekolah-sekolah.
b.      Sebagai tambahan wawasan serta acuan bagi peneliti selanjutnya.
2.      Bagi Sekolah
a.       Bahan evaluasi untuk program kebijakan PLH dalam menanamkan karakter cinta lingkungan hidup kepada siswa
b.      Bahan referensi dalam menciptakan program-program baru sebagai implementasi kebijakan PLH di sekolah
3.      Bagi Pemerintah
1.      Sebagai bahan rujukan dalam mengambil kebijakan-kebijakan pendidikan
2.      Sebagai informasi terkait implementasi Kebijkan Pendidikan Lingkungan Hidup di lembaga pendidikan khususnya di Sekolah Dasar 1 Ungaran Yogyakarta

G. Tinjauan Pustaka
1.       Lingkungan Hidup
            Menurut Prof. Dr. Emil Salim Lingkungan Hidup adalah segala benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati
dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup, jumto UU No. 23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya.
2.      Pelestarian Lingkungan Hidup
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata lestari artinya tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sediakala, melestarikan = menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah dan serasi: cocok, sesuai, berdasarkan kamus ini melestarikan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tidak berubah atau keserasian dan keseimbangan lingkungan.
Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan lingkungan hidup (UU Lingkungan Hidup No 23 Tahun 1997)

3.       Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup melalui Kebijakan PLH
Kebijakan Lingkungan Hidup (PLH) dirumuskan oleh IUCN (1970) yakni “Environmental education is the process of recognising values and clatifiying concept in order to develop skills and attitudes necessary to understand and appreciate the interrelatedness among man, his culture and his biophysical surrounding. Environmental Education also entails practice in decision making and self formulation of a code of behaviour about issues concering environmental quality.”
Pendidikan lingkungan adalah proses mengenai nilai, dan konsep clatifiying dalam rangka untuk mengembangkan ketrampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterkaitan antara manusia, budaya dan biofisik sekitarnya.Penddikan lingkungan hidup juga mencakup praktek dalam pengambilan keputusan dan perumusan diri kode perilaku tentang isu-isu mengenai kualitas lingkungan. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) secara internasional sesuai rumusan Belgrade Charter antar lain :
·           Untuk mengembangkan kesadaran yang jelas, kekhawatiran tentang ekonomi, sosial, politik dan ekologi saling ketergantungan di perkotaan dan pedesaan
·            Untuk memberikan setiap orang dengan peluang untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap, komitmen dan keahlianyang dibutuhkan untuk melindungi dan meningkatkan lingkungan hidup
·           Untuk membuat model dan bentuk baru perilaku individu, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan terhadap lingkungan.
4.       Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup SD 1 Ungaran Yogyakarta
Bagaimanapun tumbuh berkembangnya karakter bangsa sangat tergantung dengan kesuburan dan kualitas iklim berbagai komponen yang berperan penting dalam pembangunan karakter, yakni sekolah. (hal 173)
SD Ungaran 1 Yogyakarta merupakan sebuah sekolah yang mempunyai Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). PLH merupakan pendidikan yang menanamkan rasa kepekaan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar kepada seluruh warga sekolah terutama pada para siswa agar mempunyai kesadaran atas lingkungannya.
 PLH di SD ini adalah hasil kerjasama dengan BLH Yogyakarta. Penyusunan PLH ini dimulai dari menyesuaikan dengan Visi Misi sekolah, selanjutnya dilanjutkan dengan penguatan SDM (guru,karyawan), selanjutnya meningkatkan partisipasi dan yang terakhir adalah sarana dan prasarana
Di sini siswa juga memberi kontribusi untuk sekolah berupa penyumbangan 1 pohon untuk diberikan kepada sekolah. Salah satu contoh program yang ada di SD N Ungaran 1 ialah “SEMUTLIS” atau “Sepuluh Menit Untuk Taman dan Lingkungan Sekolah”, semutlis ini dilaksanakan sepuluh menit sebelum  masuk kelas yakni pk 06.50, seluruh warga sekolah baik guru karyawan dan murid membersihkan taman dan lingkungan agar nyaman dan bersih.                                                           
5.       Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Siswoyo, dkk.2006)
            William Berkovitz (2002:45) memberikan devinisi karakter sebagai serangkaian ciri-ciri psikologis individu yang mempengaruhi kemampuan pribadi dan kecenderungan berfungsi secara moral. Secara singkat karakter diartikan sebagai tersusun atas ciri-ciri yang akan memandu seseorang melakukan hal-hal yang benar atau tidak akan mengerjakan hal-hal yang tidak benar.
            Karakter berkaitan dengan nilai-nilai, penalaran  dan perilaku  dari seorang. Dengan demikian pendidikan karakter tidak bisa  hanya diceramahkan, atau dipaksakan lewat proses indroktinasi berselubung pendidik. Pendidikan karakter perlu di dasarkan pada strategi yang tepat.
Pendidikan karakter berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai, kebiasaan – kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna mewujudkan individu yang dewasa  dan bertanggung jawab. Jadi pendidikan karakter berkaitan dengan pengembangan  kemampuan pada diri peserta didik untuk merumuskan  ke mana tujuan hidupnya, dan apa saja yang baik yang harus dilakukan dan apa saja yang jelek yang harus dihindari  dalam mewujudkan hidup itu. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan proses yang berlangsung terus menerus  tiada kenal kata henti.
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. (Darmiyati Zuchdi, hal :169, 2011).

H.  Metode Pelaksanaan
1.    Ruang Lingkup Penelitian
a.    Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi kajian pokok penelitian. Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa Seekolah Dasar 1 Ungaran Yogyakarta.
b.    Ruang Lingkup Lokasi
Lokasi merupakan tempat dimana sesuatu berada. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar 1 Ungaran Yogyakarta.
2.    Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pada kajian pustaka, maka jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survei. Menurut Irawan Soehartono (2002:54) bahwa penelitian survei adalah penelitian pengamatan yang berskala besar pada kelompok-kelompok manusia. Bahan-bahan yang dikumpulkan dalam survei adalah data yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari berjalan secara wajar.
3.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2009:134). Metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a.         Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi tentang garis besar pokok pertanyaan wawancara. Metode wawancara yang digunakan adalah metode wawancara terpimpin. Kalimat atau pertanyaan dapat diperdalam dan dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan, terutama yang terkait dengan rumusan masalah penelitian ini.
b.         Observasi
Observassi menurut Sutrisno Hadi  dalam Sugiyono (2010) merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses – proses pangamatan dan ingatan.
c.         Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai  hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2007:236).
Metode dokumenter digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang kesemuanya menunjang terhadap proses penelitian ini.
4.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai adalah analisis deskriptif, yang bermaksud menggambarkan obyek penelitian sebagaimana adanya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Terhadap data yang bersifat kualitatif, Suharsimi Arikunto (2009:232) mengemukakan bahwa data dapat digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori, untuk memperoleh kesimpulan.

I.       JADWAL KEGIATAN
Persiapan, pelaksanaan, penyususnan laporan
NO
Rencana Kegiatan
Pelaksanaan
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan dan Perencan
2
Perizinan Penelitian
3
Observasi di SD
4
Perencanaan Perangkat
5
Pembuatan Perangkat
6
Pelaksanaan Penelitian
7
Pengumpulan data
8
Analisa data
9
Konsultasi
10
Penulisan Laporan
11
Pengumpulan laporan penelitian
12
Persiapan presentasi
13
Seminar
14
Revisis Laporan
15
Pengumpulan laporan

J.      Rancangan Biaya

Bahan habis pakai, peralatan penunjang plm, perjalanan, lain-lain.
No
Rincian Biaya
Sub Jumlah
Jumlah
1.
Persiapan :
a.         Penyusunan Proposal
b.         Transportasi
c.         Administrasi Penelitian
d.        Administrasi Perizinan

Rp  50.000,00
Rp  50.000,00
Rp100.000,00
Rp  50.000,00






Rp250.000,00
2.
Pelaksanaan :
a.       Transportasi Observasi
b.      Konsumsi Peneliti
c.       Komunikasi
d.      Dokumentasi
e.       Perlengkapan
f.       Buku Pedoman dan Luaran Hasil Penelitian
g.      Pembuatan Laporan Hasil Penelitian
h.      Kenang-kenangan untuk Pihak Sekolah


Rp200.000,00
Rp100.000,00
Rp100.000,00
Rp100.000,00
Rp  50.000,00

Rp450.000,00

Rp100.000,00

Rp100.000,00













Rp1.250.000,00
3.
Total

Rp1.500.000,00

K.    Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pigai, Rudolf. 2009. Materi-ceramah-pendidikan-lingkungan-hidup-di-smp-ypf-kk.pdf.Adobe Reader.di Download Rabu 25 April 2012.
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Siswoyo, dkk. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press